Ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan belahan dunia lain begitu getol mengendalikan dampak buruk tembakau, lain halnya dengan Pemerintah Indonesia, yang masih membutuhkan industri tembakau. Itu bukan saja terejawantahkan dalam kebijakan yang proindustri tembakau, tapi juga frame of thinking pejabat publiknya "terbeli" oleh industri ini, tak terkecuali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari. "Kalau rokok tidak boleh dijual secara ketengan, kasihan tukang ojek, nanti mereka ngga bisa membeli rokok," kata Siti Fadilah Supari dalam suatu diskusi.
Celoteh Menteri Kesehatan yang ahli jantung ini jelas mengggelikan, bukan saja dari sisi substansi, tetapi lebih karena jabatan yang disandang, yang seharusnya menjadi garda depan dalam pengendalian tembakau. Presiden Yudhoyono sami mawon, yang ingin mengentaskan kemiskinan dengan menyokong pembukaan pabrik rokok di kampungnya, Pacitan, Jawa Timur.
baca selengkapnya